• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • cerpen

    Sabtu, 09 April 2011
    BINTANG DI LANGIT ITU… Aku gadis berumur 17 tahun, aku mengikuti banyak ekstrakulikuler non akademik di sekolahku. Teman-teman memanggil namaku rere, salah satu ekstra yang teramat aku cintai adalah pramuka, dari ekstra itu aku mengenal cinta..cinta yang amat menyakitkan bagiku, cinta yang telah membuatku rapuh. Malam ini angin membelai lembut rambutku, berdesis kencang di telingaku dan seolah berbisik bahwa aku telah kalah. Yagh kalah dalam permainan cinta yang membuatku jatuh…tak aku sadari desis angin membawa lamunanku kembali kemasa itu
    , masa yang membuatku sakit dan tak pernah tersembuhkan sampai saat ini. Waktu itu aku menjadi senior pramuka dan seperti biasa setiap tahun diadakan diklat untuk memperkenalkan ke anggota-anggota baru tentang apa yang ada di dalam pramuka. Setiap minggu semua senior mengadakan rapat untuk membahas kegiatan diklat tersebut. Dan setelah melalui beberapa proses rapat akhirnya diputuskan untuk mengadakan diklat di bumi perkemahan pacet. Aku cukup senang dengan keputusan itu. Karena waktu itu yang terlintas di otakku hanya keindahan alam pacet, udara segar, dan air terjun yang menyejukkan yana melepas semua kepenatanku di kota. Sebelum berangkat untuk kegiatan diklat kami mengadakan peertemuan dengan semua peserta dan memberikan list tentang kebutuhan yang harus dibawa, saat aku membagikan list itu, aku melihat bintang, salah satu peserta diklat duduk di bagian tengah. “aduh…” keluhku saat dia mulai menarik jilbabku, aku biasa memanggil bintang dengan sebutan mr.dunkdunk, entah kenapa aku bisa memanggilnya seperti itu.aku dan bintang cukup akrab. Dia salah satu adek kelas yang cukup getol buat ngisengin aku. “apa mbak itu…?” Tanya dia menatap mataku. “kamu tuch... mesti gitu sama aku..bisa gak sech kamu gak godain aku…” jawabku sok kesal. “waduh…kamu bisa marah juga mbak…” goda dia Tanpa berkata lagi aku langsung meninggalkan bintang. Memang jika ketemu kami sering berantem meskipun hanya sekedar bercanda. Aku tak pernah tahu, bagaimana proses aku mengenal Bintang. Yang aku tahu dia selalu menjadi teman curhatku dan selalu ada buat aku…dan selalu ngisengin aku setiap ada kesempatan. Akhirnya hari H telah datang. Semua peserta dan panitia telah siap untuk berangkat tak terkecuali aku dan Bintang. Sepanjang perjalanan aku terkagum kagum dengan keindahan alam dan kesejukan di daerah pacet..subkhanallah..tak terasa kamipun tiba . Setibanya dipacet, tanpa banyak basa basi kami langsung mendirikan tenda dan melanjutkan dengan acara yang telah di rencanakan. Awalnya memang kegiatan berjalan lancer, namun ketika Bintang mulai menjailiku suasana menjadi berubah menjadi tawa. “Bintang… kamu apa-apaan sich…sakit tahu…”! keluhku saat bintang mendorongku “hahaha… gitu aja sakit mbak…” katanya menggodaku “hufg…terserah kamu wes…” nadaku kesal. Mungkin waktu itu aku memang kesal dengan bintang yang sudah keterlaluan menjaili aku. “yawda maaf yaw…aku Cuma becanda..mav banget mbak” seru Bintang meminta maaf. Aku tak mengerti ketika Bintang meminta maaf dan menjabat tanganku seolah aku tertohok dan tak mampu berkata apapun, yang aku rasa begitu dalam suatu perasaan yang tak bisa di gambarkan dengan apapun. Seketika itu aku melepaskan genggaman tangannya dan mengiyakan permintaan maafnya. “Makasih mbak…” balas dia dengan senyuman dan mencubit pipiku. Aku pun tersenyum dengan banyak tanda Tanya tentang apa yang aku rasakan. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, mungkin karena asyiknya kegiatan tersebut sampai kami lupa waktu. Dan pada saat sore itu, setelah kegiatan makan sore, aku kebagian mencuci piring dengan beberapa peserta, banyak sekali piring yang harus kami cuci..namun secara tiba-tiba Bintang datang dan menawarkan bantuan. Entah apa yang aku rasakan waktu itu, seolah aliran darahku mengalir lebih cepat dan detak jantungku berhenti sesaat. Aku tak menyukainya sebelumnya, aku tak bersimpati dengan dia. Tapi sebuah rasa timbul tenggelam di dalam diriku ketika melihat dia. Yang aku tahu dia teman sharingku meskipun dia sering menggoda aku. Tanpa ku sadari mulutku mengiyakan tawarannya…akhirnya aku dan dia serta beberapa peserta lainnya pun pergi ke sungai untuk mencuci piring. Tanpa aku sadari ketika aku melihat dia, mendengar canda tawanya,aku merasa jantungku berdegup kencang..apa ini..aku tak mengerti.. “sini mbak tak bawakan…” minta dia dengan mengambil beberapa piring dari tanganku. “Tumben kamu baek sama aku… biasanya kamu selalu iseng sama aku..” goda ku ke dia dengan tersenyum. “yagh…iseng itu kan tanda cinta…” balas dia menyambung kataku yang menggodanya dengan berlalu. Aku terhenyak kaget, seolah langit menjatuhiku…langkahku terhenti dan persendianku seolah terputus, aku tak mampu melangkah lagi dan kini hatiku ditumbuhi seribu bunga yang bermekaran…dalam pikirku selalu menanyakan apa maksud perkataannya. Malam pun tiba dan acara api unggun pun di mulai…semua peserta dan panitia sorak sorai mengikuti alunan lagu yang dinyanyikan. Dan tanpa aku sadari karena cukup lelah dengan kegiatan sebelumnya..aku duduk tepat dibelakang Bintang..kegiatan api unggun berjalan dan tak tersadar malam pun kian larut. Ketika aku memandang Bintang, dia pun menoleh ke arahku dengan tatapan yang tak pernah aku terjemahkan artinya..dan tak lama dia pun bersandar manja di selah selah dudukku, yagh perasaan itu kembali lagi.. sebuah rasa yang menjadikanku nyaman di dekat dia, menjadikanku harus tampil indah saat berhadapannya. Sungguh apa ini…apa aku telah mencintai adik kelasku ini, apa aku telah mencintai orang sahabat yang selalu iseng ini? Beribu-ribu pertanyaan tak mampu aku elakkan saat berdekatan dengannya… Aku tak tahu apa yang mendorongku untuk mengajak Bintang duduk dibawah bintang bintang yang begitu mempesona dengan kerlipan yang indah di pacet… dan dia pun mengiyaka tanpa berpikir panjang. “Bintang sudah ngantuk…” Tanya ku padanya. “nggak… kenapa mbak” jawabnya “boleh aku Tanya?” kataku menyambung seolah tak ingin kehilangan kesempatan. “Tanya ja loch mbak…gag bayar kug…” balasnya dengan nada bercanda “kamu suka sama aku…” kataku memandang dia dengan penuh harap jawaban dari dirinya. “ mungkin…” jawabnya tanpa basa basi dan langsung meninggalkanku tanpa kata lagi. Di bawah bintang bintang di langit terlihat wajahnya yang mengagumkan, mempesona dan membuatku terhanyut dalam indahnya cinta. Entah apa yang merasukiku sampai aku berani bertanya kapada dia tentang perasaannya kepada ku. Keesokan harinya.. aku tak tau apa yang membuatnya begitu kelihatan sejati di mataku..ketika kegiatan jelajah alam, Dia memegang erat tanganku seakan tak mengijinkan ku lelah dan terjatuh melewati jalan setapak yang di kelilingi jurang. Sedikitpun Bintang tak melepas tanganku, sungguh aku benar-benar merasa jatuh cinta kepadanya…aku menatapnya, memandangnya, dan berharap perasaannya sama denganku..genggaman tangannya begitu tenang dalam jiwaku… Waktu diklat pun telah usai.. aku, teman teman dan tak terkecuali bintang kembali ke Sidoarjo dengan penuh keriangan meskipun lelah menggelayut tapi buatku semua itu tak berarti ketika harus mengingat dan kembali merasakan genggaman tangannya. Waktu pun semakin berlalu semua melakukan kegiatan seperti biasa dan aku masih tetap dengan seribu pertanyaan di otakku tentang perasaan ini. Sampai akhirnya aku tahu sebuah fakta bahwa dia telah memilih sahabatku untuk dicintainya dan dijadikan kekasihnya dan Itu bukan diriku.. aku tersentak kaget. Aku tak percaya dia memilih sahabatku, aku tak percaya itu Bintang yang menggemgam tanganku.. yang menjadikanku mencintainya Sejak ku dengar itu, aku tahu kata ‘mungkin’ itu adalah keraguan baginya untuk diriku, genggaman tangannya adalah tongkat yang memukulku, aku semakin yakin bahwa dia memang tercipta tidak untuk mengisi diary jambu merahku. Tapi hanya untuk menorehkan goresan hitam di atasnya, sejak hari itu pula kebencianku terhadap kemunafikan dia semakin nyata, menyakitkan melihat dia tertawa dengan sahabatku. Pacet dan kenangan itu telah musnah beriringan dengan api yang di hatiku. aku membencinya,…semua tanyaku terjawab…menyakitkan, ketika ku harus tahu kenyataan… Aku membencinya…entah sampai kapan…

    0 komentar:

    Posting Komentar